Friday, March 24, 2006

Undangan Dialog

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) akan menggelar Semiloka dua hari "Menyoal Rancangan Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi" awal minggu depan di Bali. Masyarakat Bali diharapkan untuk menghadiri semiloka tersebut.

Kegiatan akan berlangsung pada:
Hari: Senin s/d Selasa
Tgl : 27 s/d 28 Maret 2006
Pukul : 09.00 Wita -selesai
Tempat: Hotel Grand Istana Rama, Jl. Pantai Kuta, Legian. Telp: 752208

"Ini kesempatan penting bagi kami untuk berdialog serta mengetahui secara langsung aspirasi dan kehendak masyarakat Bali mengenai RUU APP," ujar anggota Komnas HAM Hasto Atmojo.

"Apalagi Bali merupakan daerah yang paling solid penolakannya--mulai dari masyarakat, DPRD hingga Gubernurnya sudah sepakat untuk tidak menerima RUU APP--sehingga penting bagi kami untuk berdialog dengan masyarakat Bali sebelum merumuskan sikap resmi Komnas HAM," tambahnya.

Meskipun secara resmi Komnas HAM belum menyatakan sikapnya terhadap RUU APP, namun dari pernyataan sejumlah anggotanya di beberapa mass media tampak adanya kecendrungan kuat untuk menolak RUU tersebut.

Dalam semiloka itu akan tampil sejumlah pembicara, antara lain; Muhyar Yara, Nursyahbani Katjasungkana, Pasek Diantha, Anwar Saleh, Ida Pedanda Sebali Tianyar Arimbawa, Nurul Arifin, Wayan P Windia dan Koesparmono Irsan.

"Tapi yang terpenting adalah kesempatan untuk berdialog dengan seluas mungkin lapisan masyarakat Bali," ujar Hasto.

(jadi, mari kita datang ke sana dan bantu Komnas HAM dalam menentukan sikap terhadap RUU APP,--Marlowe dan Jun)

35 Comments:

At 9:50 PM, Anonymous Anonymous said...

Om swastiastu
bli marlowe & jun,... tolong undangan ini hanya buat sahabat, saudara yang merasa terancam melaksanakan bhakti agama dan yang merasa dirugikan saja, buat yang setuju RUU APP tidak usaha datang, karena komnas HAM mencari masukan yang menolak saja.
mari kita dukung semangat menolak RUU APP, baik lewat doa, dukungan langsung datang (bawa spanduk MENOLAK RUU APP).
Moga Hyang Widi melindungi kita semua agar dapat datang ke tempat pertemua.
mohon umat sedarma dalam menyampaikan aspirasi untuk tidak terpancing dengan ulah povokator.
karena agenda untuk itu sudah kelihatan.
hati-hati "hidden agenda".
SELAMAT BERJUANG TOLAK TOTAL RUU APP.
Om Shanti, Santhi, Santhi Om.

 
At 1:05 AM, Anonymous Anonymous said...

Kenapa kok Gubernur Bali gak datang di acara debat RUU APP dengan MMI tgl. 25 Maret 2006 ? Baca beritanya di detik.com.

Takut ya ?

 
At 1:57 AM, Anonymous Anonymous said...

Ya iyalah. Mau mati konyol apa.MMI dan beberapa organisasi Islam kan udah terkenal dan terbukti kebrutalannya. Bukti BOM Bali 1, BOM Bali 2, anarkisme dan main hakim sendiri. Kalo nggak ada BOM Bali 1, BOM Bali 2 dan Organisasi Islam yang brutal-brutal itu, mungkin nggak bakalan kepikir oleh orang Bali buat nolak RUU APP. Nggak akanlah mereka merasa terancam dengan RUU APP ini. Karena ada gerombolan Islam brutal inilah orang Bali merasa terancam. Tapi bukan semua Islam brutal lho ya, karena banyak juga orang Islam yang sangat waras, dan baik.

 
At 3:09 AM, Anonymous Anonymous said...

Satyam Evam Jayate

Buat MMI, ngapain datang ke debat MMI yang nggak jelas juntrungnya.
Saya baca di Detik, seorang tokoh perempuan yang menolak RUU APP karena dianggap tidak sesuai diterapkan di negara yang multi etnis dan multi kultur, disoraki oleh MMI. Kayak manusia purba aja, mengundang tetapi menyoraki.
Mendingan MMI debat sesama ISLAM deh, sebenarnya tujuan ISLAM sesungguhnya itu apa ? Peace or Brutal ?

Buat Gubenur Bali, ga usah menghadiri acara murahan yang diadakan oleh kumpulan anarkis.
Mending kalo yang ngundang Pak Presiden biar lebih berkualitas dan jelas aspirasi kita dalam menolak RUU APP.

 
At 4:23 AM, Anonymous Anonymous said...

setahu saya, MMI tidak tahu nama gubernur bali....dan mengatakan porf bandem sebagai pakar hukum.....ha-ha ha!!!!!

 
At 4:25 AM, Anonymous Anonymous said...

dan gubernur bali setahu kita kan lagi di luar negeri....dan hakul yakin...mereka cuma pasang nama yang salah...ha- ha!!! gobolog!!!! tapi sok tahu!!! ....kayak gitu tuh kualitasnya....kagak jelas ngundang siapa, lalu bilang orang yang diundang tidak datang...sama sekali tidak bermoral blas!!!! dan goblok!!!

budi

 
At 6:29 AM, Anonymous Anonymous said...

dari detik:

Buyung & Rendra Takut Datang Diskusi RUU APP

Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) meluapkan kekecewaannya terhadap sejumlah tokoh yang tidak hadir dalam diskusi RUU Pornografi dan Pornoaksi (APP) yang diadakannya.

Tokoh yang disebut MMI sangat lantang menolak RUU APP seperti Todung Mulya Lubis, WS Rendra, Adnan Buyung Nasution dan Gubernur Bali dibilang takut berdebat di depan publik.

"Ketidakdatangan mereka memperlihatkan ketidakberanian mereka berdebat di depan publik. Kalau mereka menolak, apa sih yang mereka tolak," kata Ketua Umum Lajnah Perwakilan Wilayah (LPW) DKI Jakarta MMI, Harif Amir Falah di Wisma PKBI, Jl Hang Jebat, Jakarta Selatan, Sabtu (25/3/2006).

Harif kemudian memaparkan alasan-alasan yang dibuat oleh tokoh yang tidak datang itu.
Disebutnya, WS Rendra tidak datang karena meminta bayaran Rp 15 juta. Kemudian MMI menjawab, "Kami akan bayar anda Rp 30 juta jika anda menang dalam debat ini. Tapi jika anda kalah, cukup membayar Rp 15 juta kepada kami".

"Ternyata sampai hari ini tidak ada jawaban dari WS Rendra dan tidak ada konfirmasi kehadiran," tuturnya.

Sedangkan Buyung, menurut Harif, tidak datang karena mengaku ada kesibukan melakukan wawancara dengan televisi asing. "Kalau Todung sedang berada di Aceh dan Gubernur Bali tidak ada jawaban," ujarnya.

Debat RUU APP ini sudah dimulai sejak pukul 10.15 WIB. Para pendebat adalah Wakil Amir MMI Muhammad Tholib, Ketua Pansus RUU APP DPR Balkan Kaplale dan Kordinator Divisi Reformasi Hukum dan Kebijakan Komnas Perempuan, R Husna Mulya.

Hamir menegaskan, pada awalnya RUU APP bukanlah agenda kelompok Islam semata. Organisasi yang pertama kali mengusulkan RUU APP adalah Kowani yang membawahi 78 organisasi perempuan dan kementerian negara pemberdayaan perempuan. "Jadi orang salah mengatakan RUU APP ini adalah agenda orang Islam," tegasnya.

Di dalam siaran persnya, MMI menyerukan para anggota DPR dan unsur-unsur masyarakat yang menolak RUU APP untuk mengerti bahwa mereka berhadapan dengan kekuatan-kekuatan elemen masyarakat yang memiliki nurani.







huahuahauahahahahahahahahahhhhh.....

MAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA????
kalian cuma berani teriak di blog saja........nantangin MMI dan FPI untuk nyerang Bali.....hahahahahah....
diajak berdebat saja langsung kaburrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr..................

hahahahhahahhhhhhhhhhhhhhhhhh

orang takut karena salah...............sekarang jelas sudah siapa yang salah...siapa yang benar....hahahahhh
tuh lihat, kalian bakal dibayar 2 kali lipat kalau berani datang....tapi maaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnaaaaaaaaaaaaaaaaa????

janga muna deh....orang nolak ruu app itu karena takut kelaparan...takut usahanya gak laku...

 
At 8:38 AM, Anonymous Anonymous said...

hehehe yang waras ngalah deh huaaaa haaa haaa haa haa haa haa. rugi dong debat sama batu. nggak punya telinga, nggak punya mata. gimana caranya bisa punya nurani

 
At 1:59 PM, Anonymous Anonymous said...

MMI pan doyang perang....
wong bawaannya ngajak perang molu.. dengan kedok agama...

Sebagai pejabat yg bermoral... Pak Dewa Berata gak usah dateng ke tempat debat kusir yg gak jelas juntrungannya...

Katanta diskusi... klo udah kalah debat... malah nantang perang...

Maklumlah.... dulu gagal masuk TNI.. jadinya ya gini... bikin rusak negara...

Awas elo ke Bali jualan bakso...

 
At 4:18 PM, Anonymous Anonymous said...

buat anonymous #6:29,...
ini baru maling teriak maling,... di blog aja kagak berani pakai nama jelas, itu ngaku paling satri. he e e e e.... huaaaa.aa.a malu malu iiiiiiiiiinnnn..!!! apa manfaat dari debat sama orang sok suci lah, sok paling apa.. kek. kalau kalian punya nurani dan menghargai perjuangan para pahlawan, dan PANCASILA baca!!! " BHINEKA TUNGGAL IKA" la wong ini saja kagak ngerti mau debat,.. e.e.e.e buat yang kagak dateng saya salut karena tidak ada manfaat debat kusir dengan orang munafik, tul kagak.
MMI kelompok munafik MI

 
At 4:35 PM, Anonymous Anonymous said...

buat sahabat yang mengadakan debat MMI... terima kasih atas usaha anda untuk debat, kalau yang di undang tidak datang mestinya anda yang mengaku mempunya hati nurai yang bagus dapat menghargai ketidak hadiran para pembicara, saya yakin nara sumber tersebut mempunya agenda yang jauh lebih penting dari debat ini, yang menurut saya debat ini adalah debat kusir saja, di mana sudah ada skenario untuk menjatuhkan mental nara sumber dengan koor, seperti yang sudah terbukti. saya melihat sahabat yang menolak sudah tepat mempergunakan jalur-jalur resmi untuk menolak, sahabat MMI mestinya juga sama, jangan malah mengobarkan ketegangan di masyarakat, kami yang menolak ada yang kebakaran jenggot, kah tidak lucu itu.
Para kelompok MMI sadarlah bahwa menurut kyai kyai sepuh cara anda memakai pendekatan kekerasan itu salah besar. sadar sekali lagi sadal lah.

 
At 8:16 PM, Anonymous Anonymous said...

Ngapan juga berdebat...kalau memang mau memaksakan kehendak. Kalau menghalalkan segala cara....silahkan saja...negara ini bakal berantakan...pada mau merdeka semua. Mesalah Moral, dan prilaku seseorang jangan..di control dengan Undan-undang. Mendingan pelajaran Pancasila Elo yang pernah elo pelajari di SD dulu terapkan biar negara ini tentram. Bagi yg berpengaruh di negeri ini dan cinta akan negeri ini tolong perekonomian di perbaiki dulu ...terus Moral akan mengikuti-nya..

Prilaku tidak bermoral mulai dari...ke-adaan ekonomi, kasih itu makan semua pengemis, Glandangan, para penderita busung lapar dan pelacur...jangan munafik...sok..bermoral dan sok suci. RUU APP tidak cocok. SAYA TEGAS MENOLAKNYA ATAS KEPENTINGAN YANG LEBIH BESAR..TIDAK ADA KEPENTINGAN PRIBADI...

Pesan saya..yang Merasa Waras..jangan ikut ..berdebat..dengan orang..yang mau menang sendiri berpayung / berkedok agama. Kacian TUH ajaran Agama..yang bagus-bagus dipake topeng...untuk memaksakan kehendak...

LAST BUT NOT LEAST....TOLAK ATAU MERDEKA...HAHAHA.

 
At 9:36 PM, Anonymous Anonymous said...

Indonesia have Islam as majority, but not in BALI. Let me state it one again, NOT IN BALI !!!

We have enough pains for the bombing and intimidation done by your Religioustic HERO !!! Whereas Our Family Die, Our People Losing Job, and Your HERO innocently shout the name of your God after killing more hundreds people.

So stop being pathetic and take a reflection on yourself. If you don't respect others, others won't respect you, and now in west countries where i live, most people have NO RESPECT on ISLAM.

Pure Balinese Blood
University of Toronto

 
At 9:44 PM, Anonymous Anonymous said...

Kami Cinta Damai...
Karena itu Kami Tidak Menyukai Islam...

 
At 10:07 PM, Anonymous Anonymous said...

MUI demo di bundaran HI<..
yang menolak RUU app di suruh (dipaksa) menerima,... dengan mulut manisnya ketua mui menyuruh (memaksa) menerima, .... yang mayoritas islam kan di jawa, bukan di daerah lain???.
"kami saja umat islam bisa menerima 'PANCASILA" (detik.com). berarti terpaksa dong menerima, orang seperti inilah yang tidak layak tinggal di ibu pertiwi Indonesia,
sebagai ketua mui kurang bijaksana sampai mengeluarkan statement yang bias, selalu moyoritas saja alasannya untuk menekan dan memaksa, kalau tekanan ini tidak berhasil nuntut dpr voting itu udah pasti!?>!>:>
selalu agama menjadi kedok untuk memaksakan kehendak, padahal semua agama mengajarkan umatnya untuk tolerasi.
saya minta kepada ketua mui terhormat " terima saja dulu penolakan RUU APP"
memang prinsip itu bisa tawar menawar seperti beli daging aja???.

 
At 10:18 PM, Anonymous Anonymous said...

kalian cinta damai karena itu tidak menyukai islam
kalian cinta damai karena itu menolak berdialog
kalian cinta damai karena itu pingin memisahkan diri

what is damai..............

ini bukan islam vs hindu bro, ini mayoritas pendukung RUU APP vs minoritas penolak..............
yang dukung RUU APP itu bukan hanya islam bro, katolik, protestan, bahkan hindu bali pun mendukung..............
pikirkan itu bro..............
MUI, MMI, FPI itu hanya segelintir pendukung yang vokal saja bro...
jangan mengatakan demi NKRI kalau bertentangan dengan mayoritas penduduk NKRI..............
hindari kemunafikan bro..............
peace....salam damai yang sejati...

 
At 11:41 PM, Anonymous Anonymous said...

Betul sekali. Jangan membelokkan issue ini menjadi ANTI ISLAM ! Bukan !

Ini penolakan kita terhadap produk hukum yang keliru, arogan, yang bernama RUU APP.

Saya sendiri islam kok. Tapi saya islam INDONESIA, bukan islam ARAB.

 
At 1:29 AM, Anonymous Anonymous said...

What happen when the Da Vinci Code comin out and directly attack the Prophet of one of the biggest religious in the world ??? Nothing happened, they counter attack it with making another writing, Cracking the Da Vinci Code. Very professional...

What happen when the Canadian newspaper publish a satire on the image of Prophet from another big religion ?? They demonstrate, they attack the embassy, they want the author to be killed, and even there have been causalties in the demonstrations...

So what else can be concluded ?

 
At 1:44 AM, Anonymous Anonymous said...

Daripada berdebat, lebih baik kita meniru Aceh, kalo Aceh bisa jadi daerah khusus penerapan syariat Islam, Bali juga bisa jadi daerah khusus dimana RUU itu tidak berlaku. Kan selesai masalahnya, untuk kelanjutannya, bergantung kepada tanggung jawab pihak masing2.

 
At 1:53 AM, Blogger jiwamerdeka said...

Klarifikasi Ketidakhadiran Gubernur dan Prof Dr I Made Bandem MA.

Bapak Gubernur Bali Dewa Made Beratha serta Prof Dr I Made Bandem MA tidak menghadiri debat tersebut bukan karena takut atau karena tidak menghormati MMI sebagai penyelenggara.

Kedua tokoh Bali ini tidak hadir semata-mata karena memang mereka tidak pernah menerima undangan secara resmi untuk tampil di acara tersebut.

Hal yang sama juga terjadi saat di berbagai media ramai diberitakan bahwa Gubernur Bali serta tokoh-tokoh masyarakat Bali disomasi MMI.

Hingga saat ini Bapak Gubernur Bali serta tokoh-tokoh masyarakat Bali belum menerima surat resmi somasi tersebut.

Mohon perdebatan mengenai hal ini ditunda dulu sampai Bapak Gubernur dan tokoh-tokoh masyarakat Bali benar-benar menerima surat undangan serta somasi dari MMI.

terimakasih

marlowe dan jun

 
At 1:54 AM, Blogger Madé Harimbawa said...

Sssst!!!!! Ribut amat sih... berantem mulu: yang ngajak perang lah, yang gak suka ma agama lain lah... aduh-aduh..

Inilah jadinya kalo selama ini semua orang memendam kebencian dan gak pernah terjadi dialog yg sehat: yg hindu gak suka yg islam, yg islam ngatain yg hindu dll kafir.. dst. Dan, begitu ada pemicu (dlm kasus ini RUU APP) semua meledak.. keliatan aslinya. Mau sampai kapan?

Belajar mengapresiasi orang lain itu penting. Jangan jadi xenophobic!

 
At 3:09 AM, Anonymous Anonymous said...

ya, sepakat, kita dengan sabar dan berpikir jernih menghadapi perbedaan, dan menghormati perbedaan, dan jangan menjadikan perbedaan sebagai alasan untuk meniadakan perbedaan. Sekuat mungkin, mari kita tarik diri dalam kesantunan berpendapatan. Karena dalam proses hidup berbangsa hanya kebhinekaan sebagai keniscayaan.....karena itu, dialog yang sehat akan menyenangkan pabila dengan semangat argumentasi yang jujur, bukan dengan semangat untuk menang-menangan.

salam

 
At 10:19 PM, Anonymous Anonymous said...

Sampai Bali memisahkan diri, gue pindah 1 keluarga ke Bali. Siap2 beli tanah disana sedari sekarang. Cape gue sama keadaan negara kaya gini. ira2 dianggap tidak nasionalis ga ya? (Nanti seperti kasus 27 Juli, orang2 china kabur keluar negeri dianggapnya pengecut tidak nasionalis, tapi disaat dibantai ga ada yg nolongin dari pemerintah)

 
At 11:17 PM, Blogger DarRah Bali said...

GIMANA MEREKA TAU PANCASILA DAN BHINNEKA TUNGGAL IKA !!!
ORANG TAMAT SD SAJA NGGAK.
TAUNYA KAN PESANTREN SAJA.....
APALAGI ARTI "UNITY IN DIVERSITY".... (EH BAHASA APAAN TUH??)
TUHANNYA SAJA CUMAN TAHU BAHASA ARAB.........

 
At 11:44 PM, Blogger DarRah Bali said...

BUAT HARIMBAWA DAN COKIE,.....

KITA JANGAN MENUTUP MATA DAN TELINGA DG FENOMENA DAN KENYATAAN YG ADA.

ORANG BERAGAMAKAH KALAU MERUSAK TEMPAT IBADAH / PURA ???

ORANG BERAGAMAKAH KALAU MENYIKSA DAN MEMPERKOSA WARGA CINA ???

ORANG BERAGAMAKAH KALAU MELAWAN AMERIKA DAN AUSTRALIA DGN CARA NGEBOM BALI ???

JAWABNYA APA? PALING DIBILANG ITU ULAH ATAU REKAYASA AMERIKA....

WONG YANG NGEBOM SENDIRI SUDAH NGAKU ITU PERINTAH AGAMANYA.....

 
At 11:57 PM, Anonymous Anonymous said...

Kalau mau debat, sebaiknya di televisi aja. Kirim undangan resmi dan tunggu konfirmasi. Lakukan di televisi biar semua orang tahu.

 
At 3:22 AM, Anonymous Anonymous said...

lol... to above person, if u said that on television show, 100% ur life would end soon... that's the way the people in that "religion" react...

 
At 8:23 PM, Anonymous Anonymous said...

Saudara Sebangsa dan Setanah Air,
Mari sadarkan diri kita masing-masing. Terus berjuang pada jalur kita. Ingat Kita ini NKRI, jangan harap kita tunduk pada arogansi yang jumawa dari kelompok lain yang mengatasnamakan agama dan negara untuk kepentingan mereka. Ingat NKRI yang kita perjuangkan dan Hak Hakiki dari Tuhan untuk kita sebagai manusia, bukan kelompok tertentu, MMI/FPI/MUI itu bukan negara kita.

"BHINEKA TUNGGAL IKA"

Taman akan kelihatan indah jika disana tumbuh banyak tanaman dengan mahkota bunga warna warni.

Anak kecil tidak akan pernah bernyayi "pelangi pelangi alangkah indahnya......" apabila pelangi tanpa warna.

Tuhan menciptakan itu untuk mengajarkan ke kita bahwa "kesamaan" itu indah tapi akan lebih indah jika kita bisa menerima dan menghargai "perbedaan"

Jaya Baliku, Merdeka Indonesiaku
Salam

 
At 4:50 PM, Anonymous Anonymous said...

Om Swastiastu,

Orang Bali akan tetap ajeg setiap menyikapi permasalahan yang ada.tetap menjadi satu sebagai orang Hindu Bali, walaupun ditekan sebagai komunitas kecil tapi Bali tetap Bali.Dengan cara apapun orang Bali tidak akan bergeser dari apa yang mereka yakini dan Karmapala brurk akan menghampiri orang yang berbuat dan membuat orang Bali berduka. Tetap pertahankan Ajeg Bali.

Putu

 
At 5:07 PM, Anonymous Anonymous said...

Islam agama yang tidak mengajarkan kekerasan sama dengan agama lain hanya saja oknum-oknum yang membuat lembaga tertentu yang ingin membuat negara ini seolah-olah milik mereka denga sedikit demi sedikit menekan kaum minoritas.MMI dan lain sebagainya tolong urusin saudara anda yang di Arab Saudi dan timur tengah, malaysia yang dibunuh,diperkosa,disiksa,,,padahal anda penyumbang devisa terbesar buat Arab melalui Haji, dan kalau ada bencana di Indonesia apakah Arab,Timur Tengah,Malaysia pernah bantu ? paling-paling Cuman Australia, Amerika yang bantu, negara yang anda haramkan....bener nggak,,,,,,,,,,,,,,,,,

 
At 3:11 AM, Anonymous Anonymous said...

saya ngeri liat, denger, bangsa ini kalau perang saudara. mari kita bersama-sama saling menghormati. duduk bareng bicarakan pemecahannya.

 
At 4:18 AM, Anonymous Anonymous said...

perdebatan RUU APP kini telah berubah menjadi perang SARA. dengan dalih mayoritas seseorang bisa menindas orang lain. ini menunjukkan memang moral bangsa ini sudah rusak, bukan hanya soal kesusilaan tapi juga adat istiadat dan sopan santun, dengan agama sebagai tameng utama. padahal issue RUU ini bukan masalah setuju pornofrafi atau tidak. siapa yg setuju pornografi sih? ada doktrin uang salah mengenai penolakan RUU APP ini, yang mengatakan bahwa "menolak berarti pro-pornografi dan mereka adalah orang2 bejat dan kafir?"kini manusia telah berupaya menjadi tuhan2 baru rupanya.
Padahal kalau mau membaca RUU tersebut dan mau berpikir dengan akal sehat, maka kita akan melihat ada sebuah kesalahan besar yg telah dibuat bandan legislatif. di dalam RUU tersebut terdapat banyak celah untuk digugat kembali di koisi yudisial karena hampir semua isinya bertentangan denga UUD 1945 serta KUHPidana. salah satu yg sering di lupakan orang2 adalah yg menjadi tujuan utama perlindungan terhadap anak, tapi apa yg terjadi merujuk RUU tersebut usia dewasa telah ditingkatkan menjadi 13 tahun ini tidak sesuai dengan KUHAP mengenai peradilan anak. beberapa pasal juga menyebutkan bahwa pelaku pornografi/ pornoaksi bisa juga anak2, tentunya dengann memperinci di setiap pasal, apa sih yang dipikirkan anggota DPR tentang anak2 indonesia saat ini, sepertinya mereka(anggota dpr) tau benar bahwa anak2 indonesia gemar melakukan hubungan seks, sodomi, pesta seks, dan perbuatan cabul lainnya. ini gila!
disahkannya juga RUU ini berarti negara ini juga mengakui kaum homoseksual, karena beberapa pasal sepertinya mengakui kaum ini, yg berarti keberadaan mereka menjadi legal, dan harusnya pernikahan kaum homoseksual pun harus diakui di indonesia. apa MMI, FBR, dan kelompok pro telah benar membaca dan paham benar RUU ini. saya rasa tidak. coba anda baca baik2 pasal yg menyangkut hal ini dan pahami implikasinya dimasa mendatang.
mengutip perkataan inneke bahwa "RUU ini dibuat atas dasar kasih sayang", apakah benar Kasih sayang itu ada dalam RUU ini, apakah kasih sayang itu berarti bahwa pihak yang merasa dirinya mayoritas berhak menindas kaum minoritas, apabedanya dengan kaum tirani, apa merupakan kasih sayang bila seseorang harus merasa terancam jiwanya, apakah kasih sayang bila teror2 itu terus berlangsung, apakah kasih sayang bila perempuan di teriaki pelacur dan bejat hanya dilihat dari penampilannya. jika ini yang di maksud kasih sayang, sepertinya saya harus lebih banyak belajar tentang kasih sayang.
masih banyak kecacatan RUU ini, nanti bakal muncul polisi2 moral yang menangkapi siapa saja yang dianggap menunjukkan sssensualitas, erotisme dan ketelanjangan. apa nanti bakal ada perempuan2 anak yang mati dibakar massa atau kelompok2 suci.
sebenarnya RUU APP ini tidak perlu ada, KUHP sudah cukup menampung masalah ini. Heran undang2 yang dibuat penjajah ratusan tahun lalu ternyata bisa lebih bermoral dari pada Undang-undang yang dibuat anak bangsa dan lebih bis mengakomodasi kepentingan bangsa. polisi cukup bertindak tegas karena KUHP sudah jelas mengaturnya. perubahan dan kompromi terhadap RUU APP pun bisa dianggap sebuah kenistaan dan terlalu bermain2, karena jika tujuannya sesuai dengan pembukaan RUU itu maka tidak perlu ada kompromi tentang pornografi dan pornoaksi. usul saya adalah negara ini butuh sebuah badan rating, yang mengatur rating sebuah produk,pelanggaran terhadap rating tersebut akan menjadi sangat jelas nantinya batasan2 yang selama ini diperdebatkan. bukan dengan memutilasi tubuh bangsa ini.
yah paling ga kalau RUU APP ini disahkan negara ini akan menjadi negara paling "suci" di dunia. bisakah?

 
At 4:31 AM, Anonymous Anonymous said...

ada yang menyebut soal islam indonesia dan arab? emang gimana bedainnya. (al-quran cuma satu). tapi emang aneh kalo di indonesia, islamnya bisa lebih islam dari yg di arab sono, (gw juga islam dan sedih liat perkembangan islam di indonesia). liat aja soal poligami. di arab sono (misal di afgan) perempuan itu ga boleh keluar rumah tanpa suami bisa di rajam. gimana kalau sebuah rumah ga ada anak laki2 bisa mati mereka semua, makanya disanaperlu poligami, eh disini yang dikawini gadis muda, artis2, orang2 kaya. gimana bang rhoma?

 
At 8:20 AM, Anonymous Anonymous said...

Peradilan menentukan benar salah di atas meja hijau. “Tapi tulisan (media massa, buku dll) bukanlah hakim, ia hanya bisa berdiri di depan pintu kebenaran sembari mengetuk-ngetuknya dan hanya bisa mengetuknya, hingga suatu saat terbuka,”

Mungkin itu yang diinginkan Penulis RUU APP Bukan Tiket ke Surga. Ya, memang benar. Bahkan beragama sekalipun, belum menjamin ke surga. Kita terjebak dalam pikiran sempit yang penuh prasangka sektarian, jika perdebatan RUU APP hanya dimaknai sebagai persoalan surga dan neraka atau persoalan mayoritas dan minoritas.

Entah, mungkin si penulis dihinggapi islamophobia. Tapi apakah memang agama tak berhak mengurus peradaban yang kacau ini, bahkan untuk sekadar persoalan moral? Apakah agama hanya disiapkan Tuhan sebagai hiburan manusia pasca kematian? Menyedihkan. Mungkin inilah yang dimaksud Cliffort Geertz bahwa realitas keberagamaan kita serba kuburan & ganjaran oriented.

Selain agama, Guru besar Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, Prof Dr Syamsul Wahidin, M.Sc mengatakan, ada sudut pandang lain ketika kita bicara 2 porno tersebut yaitu Hukum, HAM, Moral dan Seni.

Menurut beliau, hukum hadir, lebih sebagai korban pertarungan antar kepentingan/politik aliran berbeda tersebut. Ia dipaksa memberikan teks-teks kompromistis yang tak selamanya demokratis dan kadang mengabaikan benswelt/lifeworld. Hukum seperti ini hanya membuat masyarakat hidup di bawah tirani kesadaran normatif.

Kembali, harus diakui kegundahan atas pornografi dan pornoaksi di Indonesia adalah sebuah kewajaran. Kita sedang membangun segala hal untuk Indonesia esok hari, kecuali watak dan harga diri.

Pa Sobary bilang, “Kita bangga menggeser nilai kecamatan menjadi nilai metropolis tanpa menyadari ada elemen-elemen psikologis dan sosial yang tak lagi bersama kita. Dan dari situ, saya kira awal mula perilaku korup kita dibangun. Korup di masyarakat kita, mungkin dimulai dari korup terhadap nilai,”

Beberapa teman mengatakan, “Mencari VCD-VCD porno paling mudah, ya di negeri ini,” Maaf, meminjam istilah Karl Bath, mungkin di Indonesia, Tuhan sudah mati. (Mohon tidak dihakimi seperti NOVEL Naguib Mahfouz, sastrawan Mesir peraih Nobel 1988)

RUU APP barangkali klimaks dari birahi kegundahan itu. Tetapi kenyataannya, ia bukan saja gundah tapi juga bingung dan brutal. Buktinya, hal yang bukan-bukan dicantumkan dalam pasal-pasal RUU APP tersebut. Dilarang masturbasi di tempat umum, misalnya. Ah, lucu! Orang luar yang baca mungkin bertanya-tanya. Apa orang Indonesia suka masturbasi di tempat umum? Sudah parah sekali sehingga perlu diatur dalam UU. Mungkin saya yang salah, pembuat RUU ini tampaknya kurang peduli dengan sosio-psikologi hukum.

Bagi sebagian kalangan, menolak RUU APP bukan berarti hendak membunuh sensitivitas ukuran moral tersebut tapi meminta agar RUU itu diperbaiki. (Pasal-pasal tertentu-Lihat pendapat Neno Warisman, di antaranya)

Namun jangan karena takut tidak sempurna lalu kita sama sekali tak memiliki aturan. Ini yang terjadi pada RUU PWP (Pengelolaan Wilayah Pesisir) misalnya, yang sejak tahun 2000 sampai sekarang belum selesai-selesai. Tampaknya RUU (A)PP serupa? Entah,

Siapapun pasti ingin hidup dalam sosio-kultural dan politis lokal yang memiliki perangkat kontrol moral. Dari mana moralitas macam itu datang? Dari agama? Mungkin. Perlu rekayasa sosiokultural di mulai dari tingkat grassroot yang terprogram. Tak harus berharap dari parlemen melulu… Bukankah perjuangan di luar sistem juga telah terbukti, bahkan lebih ampuh untuk menciptakan nilai-nilai baru? Jika diinginkan.

Runyem juga! Yah, kerunyeman merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan agama saat ia melirik dengan politik praktis kekuasaan sekuler –meski untuk tujuan baik. Selalu saja, ada kecurigaan berlebih. Padahal sekali lagi, 2 porno tersebut bukan hanya monopoli lingkaran setan Vs malaikat.

Sssstt, ada yang berkata….. Dasar Negaranya sih gak jelas. Makanya Wakil Ketua DPR RI Muhaimin Iskandar pernah bilang, keinginan mengganti Pancasila dengan nilai-nilai baru makin kuat. Hal ini akibat banyaknya pihak yang menilai Pancasila sebagai dokmatis yang telah mati, sehingga mulai mencari nilai-nilai baru. Ia mengakui, terdapat beberapa anggota DPR RI yang mulai mencari nilai-nilai baru di luar Pancasila tersebut antara lain yang berhubungan dengan kultur dan agama sebagai solusi.

 
At 8:20 AM, Anonymous Anonymous said...

Peradilan menentukan benar salah di atas meja hijau. “Tapi tulisan (media massa, buku dll) bukanlah hakim, ia hanya bisa berdiri di depan pintu kebenaran sembari mengetuk-ngetuknya dan hanya bisa mengetuknya, hingga suatu saat terbuka,”

Mungkin itu yang diinginkan Penulis RUU APP Bukan Tiket ke Surga. Ya, memang benar. Bahkan beragama sekalipun, belum menjamin ke surga. Kita terjebak dalam pikiran sempit yang penuh prasangka sektarian, jika perdebatan RUU APP hanya dimaknai sebagai persoalan surga dan neraka atau persoalan mayoritas dan minoritas.

Entah, mungkin si penulis dihinggapi islamophobia. Tapi apakah memang agama tak berhak mengurus peradaban yang kacau ini, bahkan untuk sekadar persoalan moral? Apakah agama hanya disiapkan Tuhan sebagai hiburan manusia pasca kematian? Menyedihkan. Mungkin inilah yang dimaksud Cliffort Geertz bahwa realitas keberagamaan kita serba kuburan & ganjaran oriented.

Selain agama, Guru besar Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, Prof Dr Syamsul Wahidin, M.Sc mengatakan, ada sudut pandang lain ketika kita bicara 2 porno tersebut yaitu Hukum, HAM, Moral dan Seni.

Menurut beliau, hukum hadir, lebih sebagai korban pertarungan antar kepentingan/politik aliran berbeda tersebut. Ia dipaksa memberikan teks-teks kompromistis yang tak selamanya demokratis dan kadang mengabaikan benswelt/lifeworld. Hukum seperti ini hanya membuat masyarakat hidup di bawah tirani kesadaran normatif.

Kembali, harus diakui kegundahan atas pornografi dan pornoaksi di Indonesia adalah sebuah kewajaran. Kita sedang membangun segala hal untuk Indonesia esok hari, kecuali watak dan harga diri.

Pa Sobary bilang, “Kita bangga menggeser nilai kecamatan menjadi nilai metropolis tanpa menyadari ada elemen-elemen psikologis dan sosial yang tak lagi bersama kita. Dan dari situ, saya kira awal mula perilaku korup kita dibangun. Korup di masyarakat kita, mungkin dimulai dari korup terhadap nilai,”

Beberapa teman mengatakan, “Mencari VCD-VCD porno paling mudah, ya di negeri ini,” Maaf, meminjam istilah Karl Bath, mungkin di Indonesia, Tuhan sudah mati. (Mohon tidak dihakimi seperti NOVEL Naguib Mahfouz, sastrawan Mesir peraih Nobel 1988)

RUU APP barangkali klimaks dari birahi kegundahan itu. Tetapi kenyataannya, ia bukan saja gundah tapi juga bingung dan brutal. Buktinya, hal yang bukan-bukan dicantumkan dalam pasal-pasal RUU APP tersebut. Dilarang masturbasi di tempat umum, misalnya. Ah, lucu! Orang luar yang baca mungkin bertanya-tanya. Apa orang Indonesia suka masturbasi di tempat umum? Sudah parah sekali sehingga perlu diatur dalam UU. Mungkin saya yang salah, pembuat RUU ini tampaknya kurang peduli dengan sosio-psikologi hukum.

Bagi sebagian kalangan, menolak RUU APP bukan berarti hendak membunuh sensitivitas ukuran moral tersebut tapi meminta agar RUU itu diperbaiki. (Pasal-pasal tertentu-Lihat pendapat Neno Warisman, di antaranya)

Namun jangan karena takut tidak sempurna lalu kita sama sekali tak memiliki aturan. Ini yang terjadi pada RUU PWP (Pengelolaan Wilayah Pesisir) misalnya, yang sejak tahun 2000 sampai sekarang belum selesai-selesai. Tampaknya RUU (A)PP serupa? Entah,

Siapapun pasti ingin hidup dalam sosio-kultural dan politis lokal yang memiliki perangkat kontrol moral. Dari mana moralitas macam itu datang? Dari agama? Mungkin. Perlu rekayasa sosiokultural di mulai dari tingkat grassroot yang terprogram. Tak harus berharap dari parlemen melulu… Bukankah perjuangan di luar sistem juga telah terbukti, bahkan lebih ampuh untuk menciptakan nilai-nilai baru? Jika diinginkan.

Runyem juga! Yah, kerunyeman merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan agama saat ia melirik dengan politik praktis kekuasaan sekuler –meski untuk tujuan baik. Selalu saja, ada kecurigaan berlebih. Padahal sekali lagi, 2 porno tersebut bukan hanya monopoli lingkaran setan Vs malaikat.

Sssstt, ada yang berkata….. Dasar Negaranya sih gak jelas. Makanya Wakil Ketua DPR RI Muhaimin Iskandar pernah bilang, keinginan mengganti Pancasila dengan nilai-nilai baru makin kuat. Hal ini akibat banyaknya pihak yang menilai Pancasila sebagai dokmatis yang telah mati, sehingga mulai mencari nilai-nilai baru. Ia mengakui, terdapat beberapa anggota DPR RI yang mulai mencari nilai-nilai baru di luar Pancasila tersebut antara lain yang berhubungan dengan kultur dan agama sebagai solusi.

 

Post a Comment

<< Home