Friday, March 03, 2006

The United Voice of Bali

Over 1,000 people attended the Cultural Rally. Various traditional performing arts (the noisy Kecak, the sensuous Joged Bumbung etc), modern punk and reggae bands (Superman Is Dead, Lolot, Postman, Nanoe Biroe etc) , fashion shows, drag queen show and aerobic dances created a colorful, yet unified voice of defiance against the anti pornography bill.

Lebih dari 1000 orang menghadiri Aksi Budaya ini. Berbagai kesenian tradisional (Kecak yang riuh, Joged Bumbung yang sensual dsb), band-band punk dan reggae modern (Superman Is Dead, Lolot, Postman, Nanoe Biroe dsb), peragaan busana, pertunjukkan waria serta senam erobik menciptakan sebuah suara perlawanan terhadap RUU APP. Suara perlawanan yang meski penuh warna-warni namun teguh setia pada satu ide:perlawanan.

At the same time, dozens of the island's scholars, religious figures, community leaders voiced the similar defiance before 14 members of the House of Representatives's Special Commitee on Anti Pornography Bill. In the meeting held at the Bali Governor Office, across the street from the Cultural Rally main stage, the unified voice of the island's elites "enlightened" the puritan legislators on the real magnitude of the opposition.

Pada saat yang bersamaan, puluhan cendekiawan, pemimpin keagamaan dan tokoh masyarakat Bali menyatakan penolakan yang sama di depan 14 anggota Pansus RUU APP. Dalam sebuah pertemuan yang dilakukan di kantor Gubernur Bali, sepenyeberangan jalan dari panggung utama Aksi Budaya, suara penolakan yang teguh dan satu dari kelompok elit Bali "menyadarkan" para anggota dewan yang puritan itu tentang betapa besarnya perlawanan yang sedang mereka hadapi.

The Cultural Rally is the fruit of collaboration between various elements in Bali society. The Sandhi Murti Foundation and the Komponen Rakyat Bali, the initial locus of the defiance movement and the Cultural Rally, wish to thank those organizations and individuals, who had given themselves to the cause and had made possible the birth of the Unified Voice of Bali.

Aksi Budaya ini merupakan hasil kerjasama dari sejumlah elemen masyarakat Bali. yayasan Sandhi Murti Indonesia serta Komponen Rakyat Bali, yang menjadi simpul awal dari gerakan perlawanan serta Aksi Budaya ini, ingin mengucapkan rasa terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada berbagai organisasi serta individu, yang telah membaktikan dirinya pada perjuangan ini serta yang telah berjasa dalam lahirnya Suara Bali yang Satu.

5 Comments:

At 8:30 PM, Anonymous Anonymous said...

Mudah-mudahan aksi budaya seperti ini bisa dilakukan untuk tingkat nasional dan juga di propinsi lainnya di Indonesia. Kalau ada bilang-bilang ya!!! I want to join

 
At 11:28 PM, Anonymous Anonymous said...

Ketika tanah Negeri ini masih dibawah cengkeraman tangan penjajah
Begitu banyak nenek moyang kami yang telah berjuang dengan gigih dan sebagian gugur untuk melepaskannya dari belenggu penjajahan (lebih banyak jumlahnya dari Bangsa kalian)

Ketika tanah Negeri ini telah bebas dari nista penjajah dengan mengumandangkan kata “MERDEKA”
Dengan lapang dada nenek moyang kami menerima tanah Negeri ini dijadikan sebuah Negara yang diberi nama Indonesia (bukan Negara Islam)

Ketiga Negara ini telah bulat berdaulat
Dengan besar hati nenek moyang kami menerima undang-undang dan hukum yang diberlakukan berasal dari warisan bekas bangsa para penjajah hanya dengan satu alasan, demi Bangsa kalian !

Ketika budaya kaum kapitalis merajalela merambah negeri ini
Nenek moyang kami masih bisa tersenyum walau sejuta kesedihan melanda kalbunya dengan berkata semoga semua membawa kemajuan untuk Bangsa ini

Ketika masalah HAM dan Demokrasi kalian kumandangkan dengan penuh semangat
Nenek moyang kami hanya dapat bergumam, demi Bangsa ini

Untuk apa semua yang telah mereka korbankan, karena kesadaran bahwa bangsa ini terdiri dari banyak suku dan Agama yang dianutnya.
Itulah Toleransi yang telah dibangun oleh nenek moyang kami orang-orang Islam, untuk kalian yang telah kami akui sebagai saudara se-Bangsa dan se-Tanah Air ! Tidak akan ada yang sanggup mengukur besarnya pengorbanan nenek moyang kami untuk Bangsa ini ! Jangan kalian ingkari itu !

Kini di saat kami membutuhkan payung pelindung bagi anak-anak keturunan dan generasi penerus kami, kalian dengan begitu congkak menolaknya seakan hilang hati nurani yang bersemayan di dalam diri kalian - kalian katakan masalah yang paling urgen dan mendesak untuk ditindaklanjuti adalah masalah korupsi, padahal masalah itu adalah buah dari hukum dan aturan warisan penjajah yang kalian banggakan - bukan hukum dan aturan dari Agama kami - kalian telah lupa atas apa yang dikorbankan oleh nenek moyang kami !

Kini di saat kami ingin membangun kembali Bangsa ini yang sudah jatuh terpuruk tanpa moral yang dapat di banggakan, kalian dengan berbondong-bondong datang untuk menolaknya – kalian katakan bahwa bangsa kalian harus merdeka dari kaum hipokrit – begitukah ? dimana moral dan watak toleransi kalian ?

Kini disaat kami menuntut tegaknya Demokrasi yang kalian banggakan untuk diterapkan, kalian malah mengingkarinya hanya karena memikirkan isi perut kalian sendiri – bukankah justru kalian yang kini menjadi Bangsa yang HIPOKRIT ? Kini ketika kami menuntuk HAM milik kami, kalian katakan itu bertentangan dengan HAM – bagaimana cara berpikir kalian ?

Model bangsa apakah kalian ini ?
Masih pantaskah kalian disebut sebagai bangsa yang sangat toleran ?
Masih benarkah kalian disebut sebagai Bangsa yang berpegang teguh pada Budaya dan Aturan ?
Masih pantaskah kalian disebut sebagai bagian dari Bangsa ini ?
Masih pantaskah ?

 
At 2:23 AM, Anonymous Anonymous said...

Siapa bilang nenek moyang orang Indonesia itu orang Islam? Pernah belajar sejarah di SMP dan SMA gak?
Pernah tahu Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit? Mereka bukan kerajaan Islam OIII!!!
Saat Islam masuk ke Indonesia, udah ada agama lainnya di Indonesia!!
Yang melawan penjajah juga bukan hanya orang Islam, tapi juga orang-orang yg beragama lain di setiap pulau di Indonesia ini; jangan bilang hanya nenek moyangmu yg orang Islam saja yang mengorbankan diri utk negara ini.

Gini aja deh, gak perlu bawa-bawa nenek moyang kalo bahas RUU APP, mending bawa cermin, trus ngaca, apakah kamu sebagai individual sudah mampu mengendalikan nafsumu dalam hal apa pun, termasuk nafsu dalam mengumbar kata-kata tak berdasar.

 
At 3:52 AM, Anonymous Anonymous said...

Caillaaahhh.. emberr loe kira cuman nenek moyang loe yg ngelawan penjajah gitu, setuju ama Olla.
Tuh org ngomong sampah panjang lebar. Kayaknya semua tau yg nentang RUU ini bukan masalah soal melestarikan perdagangan majalah porno atau esek2. Tapi yaoloh cewe udah kayak penjahatnya perusak moral bangsa. Porno ga porno tu di otak, kalo emang bejat cewe dikarungin juga tetep aja nafsu. Wong otaknya d selangkangan toh. Ini nih yg ga kita setujuin.. Lagian mana sih versi yg direvisinya? Susah bener nyarinya.. So much buat transparansi.

 
At 10:05 AM, Anonymous Anonymous said...

haiiizzz ... 'ari gini masih ada aja yang bawa2 nenek moyang untuk ngurusin masalah RUU. Siapapun itu udah yang nulis pesan panjang lebar tentang nenek moyang dia yang membangun serta memperjuangkan bangsa Indonesia mending segera pindah aja dari negeri ini. Kayaknya kita nggak butuh orang yang sekuler, yang menganggap dirinya lebih tinggi dibanding orang lain, yang tidak bisa menghargai keragaman bangsa Indonesia. Jaman udah maju, udah bukan waktunya kasak-kusuk nyiapin mental untuk perang yang tak beralasan, udah bukan masanya mengorbankan nyawa untuk hal-hal yang gak masuk akal. Islam, Kristen, Buddha, Hindu, atau Katholik--semua punya hak yang sama di Indonesia. Dan kalau orang-orang yang bersangkutan dikumpulkan jadi satu untuk memberi suara, saya yakin 100% suara kamu akan tenggelam dan lama-lama menghilang. Karena 99 dari 100 orang Islam yang saya kenal juga tidak setuju dengan penekanan RUU/APP yang tidak masuk akal; mereka juga mengecam orang-orang seperti kamu yang jumlahnya segelintir tapi selalu menyebarkan hal-hal yang antagonis, kontroversi, dan berbau amis dengan keegoisan. Jangan karena orang-orang seperti kamu, masyarakat Islam jadi hilang muka! Jangan karena mulut kamu yang gak bisa ditutup rapat2, dan akal kamu yang buntu, orang jadi ikut-ikutan merasa ditindas oleh Islam. Islam yang benar tidak akan menindas orang lain; Muslim yang taat tidak akan memaksakan kepercayaannya pada orang lain; dan Muslim yang berakal sehat akan dengan senang hati menampar kamu seribu kali karena telah menghujat sesamanya yang sebenarnya punya hak sama dengan kamu. Terkadang saya suka berpikir, apa sih yang ada di kepala orang-orang macam kamu? Mengakunya beragama, mengakunya taat pada Islam, dan mengakunya jadi Muslim yang soleh--tapi nyatanya, hanya memalukan sesama Muslim. Kalau mau kasih pendapat tolong dipikir dulu; jangan asal bunyi seperti orang yang tidak mengenal akal budi. Jangan mencoreng wajah Islam dengan hati kamu yang compang-camping. Jangan bawa-bawa nama bangsa atau nenek moyang atau ras atau agama untuk sesuatu yang sifatnya pribadi. Mungkin kamu bukan orang bodoh, tapi kamu adalah orang yang ceroboh. Dan suatu hari kecerobohan itu akan kamu bayar. Ingat!

 

Post a Comment

<< Home