Wednesday, March 08, 2006

March 15 Will Be The Day

DPRD Bali telah sepakat untuk menyelenggarakan dengar pendapat publik tentang RUU APP pada 15 Maret sekitar pukul 11.30 di gedung DPRD, Renon.

The Bali's Legislative Council has agreed to conduct a public hearing on the Anti Pornography Bill. The hearing will be held on March 15 at around 11.30 pm local time at the Council building in Renon area.

“Kami menghimbau para tokoh agama, masyarakat, LSM serta organisasi-organisasi lainnya untuk menyampaikan pernyataan sikap tertulis mereka dalam dengar pendapat tersebut ,” ujar Ketua DPRD Bali IBP Wesnawa.

" We urge the public, community and religious leaders, NGOs and other organizations to submit their written statements on the bill during the hearing," the council's chairman IBP Wesnawa said on Wednesday.

Wesnawa mengungkapkan hal itu dalam pertemuan dengan dua tokoh Komponen Rakyat Bali (KRB), I Gusti Ngurah Harta dan Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa pada Rabu (8 Maret). Kedua tokoh tersebut meminta DPRD Bali agar segera mengambil sikap resmi atas RUU APP.

He stated that during a meeting with two leaders of the Komponen Rakyat Bali (KRB), I Gusti Ngurah Harta and Ida Pedanda gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa on Wednesday (March 8). Both leaders asked the Council to immediately to issue an official statement on the Council’s political stance in relation to the Anti Pornography Bill.

Wesnawa mengungkapkan bahwa menjelang berakhirnya dengar pendapat publik tersebut, DPRD akan menyusun sebuah pernyataan tertulis yang menegaskan posisi resmi dari pemerintah serta rakyat Bali terhadap RUU kontroversial itu.

Toward the end of the hearing, he disclosed, the Council would draft a written statement underlining the official stance of the government and the people of Bali have toward the controversial bill.

“Itulah sebabnya kenapa gubernur juga kita undang dalam dengar pendapat publik itu. Pernyataan resmi itu akan kita kirim ke DPR serta Presiden,” ujarnya.

"Thats why we will also invite the governor to the hearing. We will send the statement to the House of Representatives and the President, " he said.

I Gusti Ngurah Harta menyambut baik rencana dengar pendapat publik tersebut.

I Gusti Ngurah Harta strongly supported the Council’s plan.

“Ini akan memberi dorongan besar bagi perjuangan kita dalam menolak RUU APP,” katanya.

“It will give our movement a powerful political momentum,” he said.

21 Comments:

At 2:53 AM, Anonymous Anonymous said...

Kamis, 9 Maret 2006
YJP Serahkan Aspirasi 907 Perempuan yang Menolak RUU APP Ke Meneg PP
Jurnalis : Eko Bambang S
Jurnalperempuan.com-Jakarta. Yayasan Jurnal Perempuan menyerahkan aspirasi 907 perempuan dari berbagai golongan dan daerah yang menolak RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi kepada Menteri Negera Pemberdayaan Perempuan Meutia Hatta, yang diterima wakilnya Ibu Sofinas di Jakarta, Rabu (08/03). Aspirasi 907 perempuan ini adalah jumlah yang diterima Yayasan Jurnal Perempuan sampai dengan hari Rabu, (08/03) pukul 13.00 WIB dan diserahkannya pada pukul 17.00 pada saat acara peluncuran buku “Feminisme : Sebuah Kata Hati” karya Gadis Arivia. Penggalangan nama-nama tersebut dilakukan selama 2 hari melalui SMS dan pemberitaan website Jurnalperempuan.com.

Selain daftar nama-nama, juga tercantum pernyataan sikap yang berbunyi: ”Beratus Nama Berseru: Maaf, Kami, Menolak! Kami Perempuan Indonesia Kami mencintai tubuh kami, Tubuh kami tidak berbuat jahat, Tubuh kami tidak membenci siapapun. Kami Menolak Undang-undang Anti Pornografi dan Pornoaksi, Berisi kejahatan terhadap kami. RUU APP, Rancangan Undang-undang itu membenci tubuh kami, Melecehkan perempuan, budaya leluhur kami, Sekali lagi kami menolak RUU APP!”

Aspirasi 907 perempuan tersebut bernama Aliansi Mawar Putih (Jaringan Perempuan se-Indonesia Menolak RUU APP). Dukungan masih terus diterima oleh Yayasan Jurnal Perempuan, melalui email di : yjp@jurnalperempuan.com atau ke nomor telepon : 021-83702005.

Berikut nama-nama lengkap mereka yang sudah tercatat.


Ayu Utami (Penulis)
Maria Hartiningsih (Jurnalis senior Kompas)
Gadis Arivia (YJP)
Adriana Venny (YJP)
Deedee Achriani (YJP)
Yoke Sri Astuti (YJP)
Mariana Amiruddin (YJP)
Kamilia Manaf (Kontributor YJP)
Rita Indrayani (YJP)
Nurhayati (YJP)
Stella Maria (YJP)
Endang Setiyawati (YJP)
Meilinda (YJP)
Asfriani Damanik (Pengacara)
Yuda Irlang (GPSP)
Dian Sastrowardoyo (Artis)
Chandra Anwar
Dewiyanti Yusup
Chitra Subiyakto
Leila Chudori (Kolomnis)
Prof. Dr. Melani Budianta (Guru Besar FIB UI)
Dra. Henny R. Sipayung (Departemen Pertanian)
Dr. Risa Permanadeli (Rumah Ganesha).
Embun Kenyowati Ekosiwi (Staf PEngajar FIB UI)
Siti Rohmah (Staf Pengajar FIB UI)
Fahrani
Rima Melati (Artis)
Sinta Situmorang (CEDAW UI)
Miranti Hidajadi (Produser)
Irene Evy Wulandari (Staf Pengajar Unika Atma Jaya)
Ayu Shinta Dewi (Peneliti/ Antropolog)
Luna Maya (Artis)
Dian Febrina (Ibu Rumah Tangga)
Sri Murniati Dewayani (Dosen FIB UI)
Kushartanti (Dosen FIB UI)
Ning Sunarto (Ibu Rumah Tangga)
Endang Irianti (Guru SDN)
Intan Darmawati (Jaringan Mitra Perempuan)
Edrina Noerdin (Women Research Institute)
Sita Aripurnami (WRI)
Rita Serena Kolibonso (Mitra Perempuan)
Yanti Muchtar (Kapal Perempuan)
Budhis Utami (Kapal Perempuan)
Tumirah (Kapal Perempuan)
Emmy LS (Indonesia Act)
Hana Satriyo (The Asia Foundation)
Ani Soetjipto (idem)
Lily Purba (idem)
Anik Wusari (idem)
Ery Seda (CETRO)
Wahida Suaib (CETRO)
Citrasmara Dewi (Staf Pengajar IKJ)
Rieke Dyah Pitaloka (Artis & Penulis)
Djenar Maesa Ayu (Penulis)
Martha Santoso Ismail
Gondan Puti Renosari
Elis widen
Nori Andriyani (Staf Pengajar PSKW UI)
Maria Ulfa Anshor (Fatayat NU)
Baby Jim Aditya (Aktivis HIV/AIDS)
Gita Bianti Putri (BBDO Komunika)
Lucia Ratih (Peneliti/ Sosiolog)
Ida Ayu Anom Arsani (Masyarakat Bali)
Oka Rusmini (Penulis)
Farini Pane (Partnership)
Rumiam Pandiangan (Ibu Rumah Tangga)
Anastasia Uli (Profesional)
Samiyem (PRT)
Dewi Novirianti
Ratna Batara Munti (LBH APIK)
Betty Sinaga (Depdiknas)
Venny Firmawaty (Profesional)
Theresia N. Ratna Dewi (Profesional)
BJD Gayatri (Peneliti)
Firliana Purwanti (HIVOS)
Lies Marcoes
Bianti Djiwandono
Atika Makarim
Dana Iswara (Presenter)
Christine Hakim (Artis)
Zohra Andi Baso
Leya Cattleya
Desti Mudijana (PIKUL)
Adriani S. Soemantri (LIMPAD)
Edita
Ratih Andjayani Ibrahim
Janti Notowidigdo
Irma Hadi Surya
Nilam F. Muliono
Miranti Maria Lenny
Cynthia
Putri K. Wardani
Catharina Widyasrini
Karina Wiano
Amna Kusumo
Renny Ariyanti
Alfia Mainil
Angelique Batuna
Rochdiati
Shinta Juwita
Patricia Silalahi
Christine Sudarwo
Debra Yatim (KOMSENI)
Feri Wijaya Supit
Titiana Adinda
Mutiara
Yani Prasatya
Kristiana Gouw
Keni Tiara Mitaura
Fifian Idris
Pia Alisjahbana (Femina Group)
Heni Supolo Sitepu
Sri Kadarsih
Irma Erinda
Linda Abidin
Handewi Pramesti
Elsa Syarif (Pengacara)
Fitri Andini Priatna
Luki Andrini
Ade Kusumaningrum
Alida Astarsis
Vivian Adrini
Eni Sukamto
Linda Djalil
Veni Sianade
Aida Swenswen
Lieliana Smith
Rianti Djoehana
Iklilah MDF
Dewi Utari
Iriantine
Ririn Hapsari (INSIST)
Syafirah Hardani
Ayun Sundari
Prof. Toeti Heraty (Guru Besar Filsafat UI)
Ratih Dewi Nindita
Tika Sastrowardoyo
Joice Priasti
Nuky
Adella Fauzi
Alleta Fauzi
Vanda Rorimpandey
Niniek L. Karim (Pekerja Seni)
Mei Senduk
Maria AS
Atin
Dennie D
Alitia Marsaban
Tiza Ava
Purnama
Desianti
Agnes Karyati
Martha Gunawan
Wiendu Nuryanti
Mayke Boestami
Dwi Oktaviani
Ida Basalamah
Astina
Astiaty
Uwing Makki
Connie Constantia
Michelle H
Cyra Tiffani
Chandi Salmon
Avie
Diyah Triswandhani
Cantik Sukarno
Respatini Kusumastuti
Amalya Hasibuan
Rita Sri Hastuti
Melisa Vinita
Becky Tumewu (Artis)
Ade Mulyani
Dian Soedarjo
Sophia
Maria Yosepha
Irna M
Niken Darmawan
Renita Fifi
Rina Suzana
Sari Asih
Dorothea Rosa Herliani (Penyair)
Sari Madjid (Penggiat Teater)
Farida Eriyani
Lilik Kelana Putri
Ade C. Kadir
Nungki Kusumastuti (Pekerja seni)
Sandy Harun (Artis)
Ghea Panggabean (Desainer)
Astari Rasjid (Pelukis)
Puji Astuti
Netty D Kalalo
Sausan Machari
Elly Hutabarat
Jajang C. Noer
Tina
Maria Kristanti
Virna K. Indriputri
Sri Asfiani Brehm
Nancy
Magdalena Sitorus (Rekan Anak & Perempuan)
Marsel
Leila Safira Assegaf
Sri Sapti Hoemar Tjokrodiatmo
Lily
Suandae
Melly Indra
Joy Mangoal
Arzeti Bilbina Setyawan (Foto Model)
Himah Sholihah (FIB-UI)
Endah Wulandari (Staf Pengajar FIB UI
Ratna Dhoemilah
Nuraini B. Prapdanu
Cynthia Limanouw
Julia Suryakusuma (Penulis)
Dewi Wahyuni
Yayu
Fitri Yulianti
Yulia Sujatmiko (Insinyur)
Dewi Soerjo
Indawati
Dewi Wahyuni
Anti
Evie Rondonuwu
Nanda Giri
Vina
Anita Hussein Sutadisastra
Mirna R. Hakim
Neiske Taurisia
Putri Simorangkir
Yuli Ismartono (Jurnalis Senior Tempo)
Adey Noor
Dewi Pramuna
Astrid
Sestri
Rosalia Tjokro
Sherry
Daisy Korompis
Kanti W. Janis
Indra Verehere
M.Y.P Ardianingtyas
Herawati Kadarman
Fitriani
Cok Sawitri (Aktivis Perempuan di Bali)
Daisy
Febby
Hana
Judhi Kristantini
Sekar Ayu
Karmila
Penty Djani
Lisa Rasman (Dokter)
Ade Andrini
Auk Murat (Desainer)
Harriet
Arvida
Shinto Nugroho
Hikmah (Dokter)
Andante
Nurul Halim
Fe Safitri
Alfina
Miranti Abidin (Kaukus Perempuan Parlemen)
Anastasia Sulaiman
Rika Sulaiman
Tuti Sunario
Wies Budiman
MC Sumarsih: Ibunda Wawan (Korban Semanggi 2)
Monika Imelda
Fransisca Istiati
Poedjiati Tan
Liang
Ellen
Erih Dahana
Dessy Mulasari
Yoke Rose
Ita Munaf
Teges P. Soraya (Lola’s Bar & Kitchen)
Ramy Viviana (idem)
Lintang (idem)
Dita (idem)
Debbie (idem)
Martha (idem)
Desy (idem)
Rani (idem)
Nina (idem)
Kokom (idem)
Dedes (idem)
Yunie (idem)
Tanya (idem)
Heni (idem)
Mawar (idem)
Natasha Karina
Ira B. Kahar
Mia
Netta Kesumah
Ita Budhi
Caroline
Olfrie Nanlohy
Inne
Melani Subono (Artis)
Nasti
Lana
Kadek Sonia
Luh Arya Widhiastini
Rai Trisna
Novriaty Sibuea
Rucina Ballinger
Venny Pekerti
Rosita Djalil
Linda Tangdialla
Shareefa Daanish
Adelaide Simbolon
Ebi
T. Sima Gunawan (Jurnalis)
Susan Bachtiar (Foto Model)
Dyah Agistine
Anastasia Rini Pujowati
Pamela
Dahlia Puspitasari
Nani
Yati Utoyo
AA Istri Mas Widayanti
Sari Mochtar
Ucu Agustin
Helen
Rini
Damiana Widowati
Melati
AA Novianti
Ida R. Noor
Elizabeth Siboro
Anie
Luh Riniti
Luh Arik Sahadi
Aristi Prajwalita
Dwi
Olivia Sulistio
Amalia Wiryono
Angga Makaveli
Baby Femina
Asri
Dora Eflin
Ratna Riantiarno (Pekerja Seni)
Ira Duaty
Janny
Rolita
Tricia Lelunawati
Yanti Budiono
Lani Wijandana
Mera
Anindita T
Tyty
Shanty Harmayn
Citra Lukita Maharani
Ni Putu Suartini
Endang Padmo Ati
Yuniani (Ibu Rumah Tangga)
Tunggal Pawestri (CETRO)
Deby G. Gilas
Maria Sumiatun
F. Sutarti
Lisye Dwi
Liana Kawilarang
Norma Kawilarang
Nyonya Silaban
Airin Soetanto
Rahel
Grace Tangkudung
Ay Tjoe Christine
Adinda B
Ihah Solihah
Ratna Moegiono
Suminah (Guru di Situbondo)
Sulistiyani (RUMPUN)
Bunga Kejora (Penulis)
Prima Rusdi (Penulis Skenario Film)
Titarubi (Pekerja Seni)
Lastri M. Margono (Akademisi)
Hanif Zuhana
Marcella
Adila Sumarmo
Retna Hanani
Yayu Said
Rita
Lita Widyo Hastuti (Unika Soegiyopranoto)
Dyah (Mahasiswa S3 UNDIP)
Atik Indriati
Elan A. Lazuardi
Nugraheni
Listia
Cut Safiah
Utlyatya Dewi Tjandrasari
Reza
Wuwun Widyawati
Lia Mareza
Elizabeth Yuli
Agustina Sulastri (Unika Soegiyopranoto)
Henny Manikaya
Stien Djalil
Indana Laazulua
Ayu Azhari (Artis)
Sari Nila
Prof. Dr. A Widanti
Srie Siregar
Beauty (LBH APIK NTB)
Maureen RR
Uci Widyanti
Yuniani (Ibu Rumah Tangga)
Janse Non (Pendeta)
Arti Harahap
Utina Priyadi Imransyah
Putri (KPI Yogyakarta)
Nur Rokhmah
Juni (Bakumsu Medan)
Caroline As Strada
Christine
Arie Setyaningrum (Dosen UGM)
Lily Wisudha
Clara Joewono
Theresia Siti
Tineke
Marina (Mahasiswa S2 Filsafat UI)
Imaniar (Mahasiswa S2 Filsafat UI)
Siti Chotijah
Nani Nurcahyani
Febiana Rima Kainama
Tita Yulia Purwanti (Mahasiswa S2 Filsafat UI)
Videlis Eka Satrias Tanti
Retno Wulandari
Ikho Putri (S1 Filsafat UI)
Elly Dahlia
Atika M
Suida Alisjahbana
Siti Nurrofikoh (Pantau)
Ita
Anna Kasmir
Sansana Bully
Kristien Yuliarti
Novi (Bali – Kisara)
Ami (idem)
Ayu (idem)
Nenda (idem)
Indah (idem)
Widi (idem)
Feby (idem)
Sukma (idem)
N Dewi (Komnas HAM)
Paulina Dessy Wulandari
Icha
Catur Yudha Hariani
Ratna Hidayati
Wulan Martasasmita
Maliana
Yuyun
Siti
Putu
Idadiani
Oriska Sutanto
Heriany
Marisa Faizul
G. Lini Hanafiah
DN Sri Untari
Mega N
Mercy Wahyu Handayani
Pingkan
Amanda Ermawati
Eka Rachmawati (ACIL)
Meita Purnama
Maulina Primastuti
Nanin
Susi Purwoko
Yasmin Purba
Uci Widyanti
Evarisan
Setiawati
Sari Sudarsono
Koespraptini Ria
Deta
Oetji
Evie Permatasari
Sari Sjadzali
Arahmaiani (Pekerja Seni)
Ima Susilowati
Sarah Lery Mboeik (PIAR NTT)
Juanita Setyotomo
Tatik
Ria Manahan
Yuyun Wahyuni
MG Etik
Prawahyanti
Lusida Ariyanti
Albertin Sistina
Vivi Widyawati (Perempuan Mahardika)
Rena Herdiyani (Kalyanamitra)
Indri (LBH APIK)
Emi Sulyuwati (Senjata Kartini)
Indry (LBH APIK Jakarta)
Nuraini (Srikandi Demokrasi Indonesia)
Ebe (Perempuan Mahardika)
R. Husna Mulya (Komnas Perempuan)
Dewi (Koalisi Perempuan Indonesia)
Nunung (Kapal Perempuan)
Siti Musdah Mulia
Tunggal P. (Senjata Kartini)
Henny Purnama Sari (Penulis)
Luviana (Divisi Perempuan Aliansi Jurnalis Independen)
Henny Irawati (Kontributor YJP)
Dewi Setyarini (Kontributor YJP)
Balia Munazad (PMII)
Kokom (KPI Seknas)
Wiwien (APKP)
Miranda
Esti sumarah
Silviana (Dokter Hewan)
Linda
Early Dewi Nuriana (Psikolog)
Yustina W Neni
Lita
Mery Kolimon (Kupang – NTT)
Indira Prana Ning Dyah
Rina Triana (Bali)
Herawati Kadarman
Genitri Sunindyo
Ita
Andriani
Esti Dyer
Cathy
Erni (Banda Aceh)
Reni (Klinis Yogyakarta)
Putri Timur
Irana Meiske
Intan Ayu
Sari Madjid
Floretta Ratna (Dokter)
Herpin Sri Susanti
Danielle samsoeri
S. Rahma Mary H. (Semarang)
Kania Roesli
Virginia Yosodipura
Sarah
Neni Mdo
Marianne Katoppo (Penulis)
Binny Buchori (Perkumpulan PraKarsa)
Indayani Halim
Galuh (Mahasiswa Sastra Cina UI)
Susi
Tutin Stiro
Nurul Sutardi
Astrid Clara
Doty Damayanti (Kompas)
Leony Aurora (The Jakarta Post)
Angelika Riyandari
Ucip
Wini
Indah Waty
Firya Amalia
Febiana
Dewi Lestari (Penulis & Musisi)
Ratina Moegiono
Sheila Marcia Joseph
Hermandari K
Widya Handarani
Rosa Paulina Sitinjak
Nyonya Masnur Tumoyo (Ibu Rumah Tangga)
Novelina Rajagukguk
Miniwaty Halim
Adek Azhar
Karina Adistyana
Ida (KPI Jateng)
Erika Ardianto
Nia (Bengkulu)
R. Rafika (Mahasiswa Filsafat UI)
Ajeng RDA (idem)
Cinita (idem)
Zaitun (idem)
Desi (Bali)
Dewi Yuri C
Ratih Riksmadhara
Cicilia
Agnes PF Asy
Iin
Saur Tumiur Situmorang (Parapat)
Hilly Gayatri (Dokter Gigi)
Ria Irawan (Artis)
Tri Soekirman
Cini Gunawan
Sri Sulistyani (Jember)
Putri Wibowo
Maria Sri Noerna
Megawaty
Ari Murti (Yayasan Kelola)
Gina Virginia
Sekar Ayu Asmara
Redima
Ria B.
Meta T.
Indravista Pringgodigdo
Maria Roswitha Djaro (Kupang)
Amanda Syarfuan
Carla Bianpoen (Jurnalis)
Rini Sanyoto
Lina Rasjid (Lhokseumawe)
Edith Arleyta
Paulina Pelenkabu
Tanti Budi Suryani
Rubina Gandasubrata
Priska Widyatmaka
Jaleswari Pramodhawardhani (Peneliti LIPI)
Venny Damanik
Haifa Shahab
Samsidar (Peneliti dari Lhokseumawe)
Purnama (NAD)
Julita Wowor (Manado)
Marintan Sirait (Bandung)
Uci
Hesti Widiastuti
Komang
Yanti (UPLINK Kendari)
Tiarma Sirait (Pekerja Seni)
Gebye Marini (KPI Kendari)
Benedikta Juliatri Widi Wulandari
Daisy Miyo
Leni
Eni Kusrini
Petty Basoeki
E Artha T
Dominica
Indira Margaretha
Ina (Pendeta di Kupang)
Jennifer Suraji
Rima Imawati (LBH APIK Yogyakarta)
Dita (idem)
Yustina (idem)
Budi Wahyuni
Suhesti Dwi Bina
Maya Hasan (Pekerja Seni)
Lan Fang (Penulis di Surabaya)
Virnie Ismail
Astari Ismail
Ria
Popi Darsono (Desainer)
Dewi Wulandari
Fiona
Heike Agustina
Titien S. Syukur
Vivi George (Swara Parangpuan Sulut)
Yunita David
Irma Hutabarat (Dance4life)
Indira (Konselor LRC-KJHAM)
Altye Ully
Mega (Mahasiswa Filsafat UI)
Resnha Sapto
Ninik Benik
Fransiska Firla
Zudarlis Elfira
Ika Wisnoe
Ida Mediana
Fenty Effendy
Maria Rensty Raharty
Evie Kurnia
Lista Oktisari
Rani Zulfikar
LG Yastini (Bali)
Natasha Sutadisastra
Nita Wawe
Amanda Ermawati
Elis Nurhayati
Siany Wijaya
Prapti
Rizka
Rully Larasati
Alice
Sri Hariyanti
Anya Dwinov (Artis)
Delima Saragih
Era Sukamto
Laely Wulandari (Jember)
Izabel Jahja (Foto Model)
Ayu Patricia
Agatha
Lolita Malaiholo
Yuni (Pengelola Wisata Arung Jeram)
Ni Ketut Ayu Arsinitri
Tinny K. Boentaran
Bernadette
Rizeria
Serafina Hayu
Bea Nugroho
Restu
Kris
Sani
Arum
Lilin Harlini
Kurnia Sarah
Maria sarah
Endang
Ludmila
Heidy Clara
Rosalia Ernitha
Threes Emir (Penulis/ Editor)
Olga Tampake
Tanya Djasa]
Marcia Eman
Ekawati
Aliki (Bali)
Sarah Santi
Meity Robot
Kania
Ida Ayu Agung Mas
Novita Angie (Presenter)
Titi Puji Ambulaningsih
Santi
Ketty
Ida M
Afra (Depok)
Rina Imawati (LBH APIK Yogyakarta)
Els Moedjijanto (Belanda)
Fandry Yuniarti
Asih (Bali)
Ika Sadeli
Ida Maille
Indrana Pringgodigdo
Diana S Nugroho (The Japan Foundation)
Yayan
Emma Waroka Hawkins
Woru Windarti
Pipiet Tri N
Vonny Cynthia
Ade Pinka Saskia
Putri Werdiningsih
Dwi Fatan Lilyana
Krismalina Sinaga
Michael Ratna Dwijanti
Patricia Pangemanan
Yuriko Lucyana
Debora Suryaning Mahardika
Deliana Olivia
Wiwit Marzuki
Ezther Lastania Murni
Maria rensty Raharty
Putri J
Bernadette N. Setiadi
Shinta Soenarji
Lien Noer Saijid
Yertin Ratu
Theresia Tri Yanti
Anita
Talita Heryanto
Yerlina
Galuh Pratiwi
Rinny Srihartini (Tempo)
laksmi Siregar
Iesje Leksmono
Naomi Tiurma
Martha Tiurlenasari
Elizabeth Naomi
Hilda Robin
Arlina Sumarno
Nina Sumarno
Nina Tamam
Regina
Budi Hartati
Mensadwi Mawar
Yuli Alamsjah
Marcella Sapardan
Farida Sukandar
Puspita Ratna
Dina Rasjid
Lenny Janis
Sylvia
Truciana
Feba Sukmana
Tri Nanti Sulamit
Stefanini
Maria Pieter
Penny Purnawaty
Maria Pada
Fina Kencana Budiman
Risan
K. Anggraini
Anissa
Amelia katopo
Dinar
Agnes Alexander
Ita
Dewi Anggraini
Ance
Yani Singgih
Flora Simatupang
Rachmawati
Carmanita
Rahma Yuliawati
Maya Manurung
Reflina
damiyanti Rooseno
Fatmawati
Reflina
Wahyu Enon K. Widayati
Maya Manung
Creusa Hitipeuw
Aatje Koesman
Griselda Koesman
Fandri Yuniarti
Ria Zhafanina Hadju
Roro
Niken
Farida Hanyani (Aceh)
Endang Wied
Anneke
Nanik Mindartini
Ramaniya
Lindarwati
Agustina Klorway
Valeska Adiputra
Venny Harmasyn
Andriani (Poso)
Lia Susianti
Nofiati Nurani
Lassa F. Susatyo
Sumiati
M. Pandris
E. Rinesti Aryanti
Mariana Ari S
Rita Dharani
Kerniawati
Vira T.
Honey
Susi N. Seputra
Amasia Restu Rahmita
Rina Simamora
Evie Candra
Reinta
Bulantrisna (Dokter)
Eka Sutami
Adel
Septasari
Evi Nurulita
Adinda Nirmalasari
Marjam Tarantjn
Sulastri Zaitun
May Manurung
Nissa Cita
Viebeke Lengkong
Mayarita Sasono
Marjie Suanda
Novita
Dinda Jouhana
Lourine
Helen Napitupulu
Wieke Dwiharti
Inke Maris
Fatmawati
Fandri Yuniarti
Widiadjatiningrum
Lisa
Anita Kastubi
Okewaty
Margaretha Hadisurya
Yunis Kartika
Andini Haryani
Yenny Umar
St. Sudjarini
Fatmawati H.
Swasti Adicita
Wieke Dwiharti
Dina Ardiyanti
Laura Bernadeth
Liliek Budiastuti Wiratmo
Atnike Nova Sigino
NH Dini (Penulis)
Selma Abidin
Suke Djelantika
Rayni Massardi
Dina Ardiyanti
Laksmi Nurhaini
Siti Habibah
Vita Roespinoedji
Kyong Fa Che
Rachel L.K. Bakarbessy
Donna Agnesia (Presenter)
Indrayani Neneg (Profesional)
Maria Wilhelmina (Manajer Marketing)
Nyoman Dian Kusumadewi
Retno Pudjiastuti (Ibu Rumah Tangga)
Wulan Sanggelorang
Dwi Prihati
Putu Karniasih
Allegra Freya
Berlinawan
Putri Rusli
Muli Rusli
Gadis Rusli
Murni Rusli
Yeti Dwiastuti (Profesional)
Esther (Ibu Rumah Tangga)
Ni Wayan Anggie Rahayu
Elim M. Sangiang
Maya Saroso
Jo Hassni
Febby Wahab
Vincentia F. Widyasuli
Cynthia F. Nevelona
Angelina Indri Astari
Deetje Nasution
Maulita
RR Arumsari P, SH

 
At 2:54 AM, Anonymous Anonymous said...

Menneg PP Klarifikasi Dukungannya Terhadap RUU APP
Jurnalis : Eko Bambang S
Jurnalperempuan.com-Jakarta. Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Meutia Hatta melalui Deputi Bidang Pemberdayaan Lembaga Masyarakat Yusuf Supandi mengklarifikasi maksud dukungannya terhadap RUU Anti Pornografi dan Pornografi (RUU APP). Hal ini disampaikan melalui telepon ke redaksi jurnal perempuan.com. Klarifikasi ini dilakukan berkaitan dengan pernyataan Menteri Meutia Hatta diberbagai kesempatan yang selalu memberi dukungan terhadap RUU APP yang sekarang sedang digodok di DPR RI, padahal substansi RUU tersebut bertentangan dengan nilai-nilai keadilan dan kesetaraan gender, bahkan berdampak pada diskriminasi terhadap perempuan.

“Ibu justru mendengar aspirasi dari berbagai pihak, tapi tetap menganggap perlunya ada UU demi masa depan bangsa, apalagi Bu Menteri juga seorang ahli budaya, tentu juga akan tetap menjunjung tinggi budaya yang berkembang di negara kita,” ujar Yusuf Supandi. Menurut Yusuf, “pernyataan bahwa Ibu setuju itu dipelintir. Ibu bilang bahwa DPR sedang memperbaiki RUU ini sesuai aspirasi berbagai komponen pemerintah bersinergi dengan DPR untuk membuat peraturan pornografi demi masa depan bangsa. Bukannya setuju dengan RUU yang ada,”ujar Yusuf.

Menurut Yusuf Supandi, RUU APP yang beredar sekarang masih belum final dan terus diperbaiki. “Ya kita lihat saja hasil usulan DPR dalam pembahasan tanggal 13-15 nanti, baru Bu Menteri akan menyatakan sikap setuju atau tidak atas usulan mereka” ujar Yusuf. Yusuf berjanji akan mengusulkan kepada Meneg PP untuk buat press conference tentang sikap Kementerian Pemberdayaan Perempuan atas RUU APP ini.

 
At 2:58 AM, Anonymous Anonymous said...

Kamis, 09 Maret 2006
Yogyakarta Menolak RUU APP
Jurnalis Kontributor: Latifah
Jurnalperempuan.com-Yogyakarta. Setelah Bali, bersuara lantang menentang RUU Anti-Pornografi dan Pornoaksi (APP) kini, suara lantang itu datang dari kota budaya lainnya, yaitu Yogyakarta. “Kami menyatakan tidak setuju dan menolak RUU Anti-Pornografi dan Pornoaksi. Kami merekomendasikan kepada pemerintah dan DPR untuk menggunakan dan mengoptimalkan produk perundangan yang telah ada berkaitan dengan pornografi dan pornoaksi.” Pernyataan yang dirumuskan Forum Yogyakarta untuk Keberagaman (YUK) yang dibacakan oleh Landung Simatupang, sastrawan, di Taman Budaya Yogyakarta pada 7 Maret 2006

Forum “Yogyakarta untuk Keberagaman” itu sendiri adalah forum yang dibentuk oleh seniman dan para pelaku seni untuk mengkaji, mendiskusikan dan membaca kemungkinan yang lebih luas dari RUU APP. Forum YUK menilai, bahwa RUU APP lebih bersifat reaksioner dan berpotensi memunculkan keresahan dan konflik horisontal di dalam dan antar kelompok masyarakat. Padahal, penyikapan yang reaksioner dan cara pandang sempit dalam melihat kenyataan dan persoalan sosial akan sangat tidak mendukung, bahkan menghalangi proses pendewasaan masyarakat di Indonesia dalam menghadapi perubahan dan perkembangan dunia yang makin terbuka.

Selain itu, secara mendasar, forum itu menyatakan penolakannya pada upaya-upaya penyeragaman dan pemaksaan wawasan tunggal yang mengingkari kenyataan keberagaman cara pandang dan penghayatan warga Indonesia tentang kehidupan dengan segala seginya.*

 
At 3:00 AM, Anonymous Anonymous said...

Senin, 6 Maret 2006
Menolak Dikorbankan


Oleh: Adriana Venny
Dalam Rangka Hari Perempuan Internasional tanggal 8 Maret ini YJP akan menggalang tanda tangan 100 Perempuan untuk menolak RUU APP.

Ini dikarenakan kian maraknya kasus kriminalisasi perempuan akibat kebijakan yang mengabaikan hak-hak perempuan, membuat perempuan makin enggan berpangku tangan. Kasus-kasus seperti ditangkapinya remaja-remaja putri yang tidak berkerudung saat menonton pertunjukan musik Peterpan di Aceh, guru dan karyawati yang ditangkap saat minum teh botol dan saat menunggu angkot karena dituding melacurkan diri, adalah potret pengabaian hak-hak perempuan untuk berada di ruang publik dan cermin tidak dikajinya secara mendalam Perda-perda sebagai produk kebijakan publik.

Amat disayangkan memang saat Indonesia telah menandatangani Konvensi CEDAW yang sudah diratifikasi dalam UU No.7 tahun 1984 tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan, hasil dari perjalanan CEDAW selama lebih dari 20 tahun di republik ini? Justru makin banyak produk kebijakan yang melanggar HAM. Padahal pasal yang sangat penting yakni 2 poin 5 CEDAW justru berbunyi: mewajibkan negara untuk membuat peraturan-peraturan yang tepat, termasuk pembuatan undang-undang, untuk mengubah dan menghapuskan undang-undang, peraturan-peraturan, kebiasaan dan praktek-praktek yang diskriminatif terhadap perempuan.

Daftar warga perempuan yang akan dikriminalisasikan pasti juga akan bertambah panjang seriring dengan rencana akan disahkannya RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi. Coba bandingkan isi Perda di Tangerang No.8/ 2005 pasal 4 ayat 1 yang berisi: “Setiap orang yang sikap atau perilakunya mencurigakan sehingga menimbulkan suatu anggapan bahwa ia/ mereka pelacur dilarang berada di jalan-jalan umum” dengan RUU APP Bab II (pasal 4 - 10) yang berbunyi: setiap orang dilarang membuat tulisan, film, suara, dan seterusnya, yang dapat disamakan dengan goyang erotis, ciuman bibir, onani, dan seterusnya

Bisa diramalkan keduanya akan menghasilkan prasangka dan pola yang kacau dalam mengintepretasikan “gerak-gerik melacurkan diri” dan “disamakan dengan ...”. Hasilnya bisa ditebak: penjara perempuan akan makin penuh dengan perempuan atau bisa jadi seluruh perempuan di bumi Indonesia bahkan masuk bui. Mengapa? Karena setiap orang yang merasa punya legitimasi untuk menentukan kebenaran bisa membuat intepretasi si perempuan itu bergerak-gerik seperti ingin melacurkan diri ataupun bertingkah yang bisa disamakan dengan pornografi dan pornoaksi.

Sebelum malapetaka menimpa seluruh perempuan Indonesia sebaiknya saat ini juga kita sebagai perempuan Indonesia menyatakan diri untuk menolak dikorbankan. Dan sebelum RUU APP disahkan bulan Juni ini, YJP berniat menggalang sebanyak-banyaknya perempuan untuk menolak RUU ini. Nama-nama perempuan dari berbagai kalangan yang sudah setuju bergabung dalam gerakan penolakan RUU APP ini antara lain yakni: Dian Sastrowardoyo (Artis), Wulan Guritno (Artis), Leila Chudori (Penulis), Prof. Dr. Melani Buadianta (Staf Pengajar FIB UI), Asfriani Damanik, SH (Pengacara) dan lain sebagainya.

Pembaca website www.jurnalperempuan.com yang kami cintai, apabila anda perempuan dan merasa peduli akan makin banyaknya pelanggaran hak-hak perempuan akibat Perda yang diskriminatif dan RUU APP ini, kami mengundang anda untuk bergabung dengan mencantumkan nama dalam email ke alamat kami untuk menyatakan sikap “Ya, saya peduli akan nasib perempuan Indonesia dan menolak dikorbankan dalam Perda No .8-2005 tentang Anti Pelacuran di Tangerang dan RUU APP yang diskriminatif terhadap perempuan”.


Adriana Venny adalah Direktur Eksekutif Yayasan Jurnal Perempuan Jakarta

 
At 6:21 AM, Anonymous Anonymous said...

Sukseskan petisi !

http://www.petitiononline.com/ruuapp/petition.html

 
At 6:30 AM, Anonymous Anonymous said...

Bali boleh menjadi motor gerakan ini. Tapi sebaiknya ajak juga daerah dan elemen2 lain.

Saya lihat bahwa gerakan penolakan sudah mulai terlihat di Jawa (Jakarta dan Yogyakarta). Hanya saja ini masih kurang!

Gerakan ini akan sukses kalau dilakukan BERSAMA-SAMA dan TERUS-MENERUS.

Sebagai RAKYAT Indonesia yang mencintai keanekaragaman suku, budaya dan agama, junjung teguh asas Bhinneka Tunggal Ika. Jangan mau ditindas oleh SEGOLONGAN KECIL. Maju dan LAWAN!

Jangan jadikan Indonesia seperti Afganistan. Singkirkan mereka yang sedang berusaha mendirikan kelompok INDO-TALEBAN !

 
At 12:10 AM, Anonymous Anonymous said...

Kalau orang foundation yang menolak RUU APP, Gw no comment dech soalnya kebanyakan dari mereka rela menjual bangsa untuk kepentingan mereka sendiri, mereka nggak sadar bahwa mayoritas warga negara ini sangat membutuhkan RUU APP itu !

SEGERA SYAHKAN RUU APP !

Ketika tanah Negeri ini masih dibawah cengkeraman tangan penjajah
Begitu banyak nenek moyang kami yang telah berjuang dengan gigih dan sebagian gugur untuk melepaskannya dari belenggu penjajahan (lebih banyak jumlahnya dari Bangsa kalian)

Ketika tanah Negeri ini telah bebas dari nista penjajah dengan mengumandangkan kata “MERDEKA”
Dengan lapang dada nenek moyang kami menerima tanah Negeri ini dijadikan sebuah Negara yang diberi nama Indonesia (bukan Negara Islam)

Ketiga Negara ini telah bulat berdaulat
Dengan besar hati nenek moyang kami menerima undang-undang dan hukum yang diberlakukan berasal dari warisan bekas bangsa para penjajah hanya dengan satu alasan, demi Bangsa kalian !

Ketika budaya kaum kapitalis merajalela merambah negeri ini
Nenek moyang kami masih bisa tersenyum walau sejuta kesedihan melanda kalbunya dengan berkata semoga semua membawa kemajuan untuk Bangsa ini

Ketika masalah HAM dan Demokrasi kalian kumandangkan dengan penuh semangat
Nenek moyang kami hanya dapat bergumam, demi Bangsa ini

Untuk apa semua yang telah mereka korbankan, karena kesadaran bahwa bangsa ini terdiri dari banyak suku dan Agama yang dianutnya.
Itulah Toleransi yang telah dibangun oleh nenek moyang kami orang-orang Islam, untuk kalian yang telah kami akui sebagai saudara se-Bangsa dan se-Tanah Air ! Tidak akan ada yang sanggup mengukur besarnya pengorbanan nenek moyang kami untuk Bangsa ini ! Jangan kalian ingkari itu !

Kini di saat kami membutuhkan payung pelindung bagi anak-anak keturunan dan generasi penerus kami, kalian dengan begitu congkak menolaknya seakan hilang hati nurani yang bersemayan di dalam diri kalian - kalian katakan masalah yang paling urgen dan mendesak untuk ditindaklanjuti adalah masalah korupsi, padahal masalah itu adalah buah dari hukum dan aturan warisan penjajah yang kalian banggakan - bukan hukum dan aturan dari Agama kami - kalian telah lupa atas apa yang dikorbankan oleh nenek moyang kami !

Kini di saat kami ingin membangun kembali Bangsa ini yang sudah jatuh terpuruk tanpa moral yang dapat di banggakan, kalian dengan berbondong-bondong datang untuk menolaknya – kalian katakan bahwa bangsa kalian harus merdeka dari kaum hipokrit – begitukah ? dimana moral dan watak toleransi kalian ?

Kini disaat kami menuntut tegaknya Demokrasi yang kalian banggakan untuk diterapkan, kalian malah mengingkarinya hanya karena memikirkan isi perut kalian sendiri – bukankah justru kalian yang kini menjadi Bangsa yang HIPOKRIT ? Kini ketika kami menuntuk HAM milik kami, kalian katakan itu bertentangan dengan HAM – bagaimana cara berpikir kalian ?

Model bangsa apakah kalian ini ?
Masih pantaskah kalian disebut sebagai bangsa yang sangat toleran ?
Masih benarkah kalian disebut sebagai Bangsa yang berpegang teguh pada Budaya dan Aturan ?
Masih pantaskah kalian disebut sebagai bagian dari Bangsa ini ?
Masih pantaskah ?

 
At 12:32 AM, Anonymous Anonymous said...

Re: #9

Nenek moyang bangsa ini bukan orang Islam. Tolong belajar lagi tentang sejarah terbentuknya bangsa Indonesia. Jangan dengan mudah membuat klaim yang tidak ada dasarnya.

Besarnya bangsa ini bukan hanya karena orang islam, tapi hasil jerih payah SEMUA komponen bangsa, INGAT ITU!

Sejak dahulu kala, budaya Jawa, Bali, Papua, dst. memiliki keragaman tersendiri. Ini juga tidak ada hubungannya dengan islam. Dan mereka ada melekat di Indonesia jauh sebelum islam masuk ke Indonesia.

Jangan berdebat tentang budaya, karena budaya bangsa Indonesia BUKAN BUDAYA ISLAM. Budaya bangsa Indonesia sangat beragam. Untuk itulah, para pejuang pendahulu kita mencetuskan paham BHINNEKA TUNGGAL IKA. Apakah hal ini akan Anda ingkari ? Jangan hipokrit.

Sejak dahulu kala bangsa Indonesia memiliki toleransi yang tinggi untuk hidup sejajar dan bersama dengan semua suku dan agama. INI YANG DISEBUT TOLERANSI! Menghormati kepentingan semua pihak, BUKAN MEMAKSAKAN KEHENDAK.

Untuk Anda sendiri, JANGAN MUNAFIK dan HIPOKRIT ! Dan JANGAN mengatasnamakan islam. Gunakan akal sehat kalau memang masih punya.

 
At 12:36 AM, Anonymous Anonymous said...

yang membuat bangsa ini terpuruk apa ? porno atau korupsi ?

walaupun aksi2 pelecehan sexual dan otak2 ngeres membuat negara ini terpuruk apakah RUU APP jawabannya ?
bagaimana dng KUHP yang ada?, bagaimana dengan status negara ini yang mengakui masyarakatnya beragama ?

disahkanya RUU APP bisa membuat negara ini bangkit ?

 
At 6:46 AM, Anonymous Anonymous said...

hallo #9, why u give anonymous as your name, reveal yourself...

 
At 1:57 PM, Anonymous Anonymous said...

keragaman budaya indonesia harus dilestarikan bukan dibatasi. ikut menolak RUU APP dan please dong pejabat2 negeri ini harusnya mengerahkan energi dan pembiayaan ke ke hal2 yg jauh lebih penting: keamanan negara dan pemberantasan korupsi.

 
At 7:28 PM, Anonymous Anonymous said...

Salah satu alasan diterapkannya RUU APPadalah agar kita berkebudayaan Timur. Timur yang mana ?? Timur Tengah maksudnya ??

Kalau kalian (salah satunya Oma Irama) tidak tahan melihat wanita yang berpakaian seksi. Yah napsu hewan kalian dong yang diberesin, bukan kaum wanitanya yang dilarang ini itu.

Ketidak mampuan pemerintah mengatasi keterpurukan ekonomi, pendidikan, lapangan kerja, kesehatan, social dan lain sebagainya apa bisa diperbaiki hanya dengan diberlakukannya UUD APP ini ??

Bukankah ini akan menimbulkan konflik baru, yang pasti akan menguras energy, waktu, uang yang tidak sedikit. Sedangkan bangsa lain terus melaju dijalur cepat di dalam pembangunan mereka.

Sementara bangsa ini justru akan lebih terpuruk jauh kedalam kubangan.

 
At 2:04 AM, Anonymous Anonymous said...

Untuk Anonymous yg kasi komentar At 12:10 AM,

Siapa bilang nenek moyang orang Indonesia itu orang Islam? Pernah belajar sejarah di SMP dan SMA gak?
Pernah tahu Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit? Mereka bukan kerajaan Islam OIII!!!
Saat Islam masuk ke Indonesia, udah ada agama lainnya di Indonesia!!
Yang melawan penjajah juga bukan hanya orang Islam, tapi juga orang-orang yg beragama lain di setiap pulau di Indonesia ini; jangan bilang hanya nenek moyangmu yg orang Islam saja yang mengorbankan diri utk negara ini.

Gini aja deh, gak perlu bawa-bawa nenek moyang kalo bahas RUU APP, mending bawa cermin, trus ngaca, apakah kamu sebagai individual sudah mampu mengendalikan nafsumu dalam hal apa pun, termasuk nafsu dalam mengumbar kata-kata tak berdasar.

 
At 12:43 AM, Anonymous Anonymous said...

mungkin dulu belajar sejarah, tapi gak lurus, terutama tentang kerajaan-kerajaan di Nusantara, jadi perlu belajar lagi tuh.
buat teman-teman di Bali & lainnya,
terus berjuang
Never Give up

 
At 7:13 AM, Anonymous Anonymous said...

Very-very interesting!
buy viagra
cheap viagra online
Bye

 
At 4:03 PM, Anonymous Anonymous said...

Good morning, cool site.
go here [url=http://viagra-store.info/]viara[/url].
Here you can buy http://viagra-store.info#viagra best.
Bye-bye.

 
At 7:20 AM, Anonymous Anonymous said...

Good morning, nice design.
Look at my site [url=http://www.youthpeer.org/forum/topic.asp?TOPIC_ID=327]viara[/url].
Take http://www.youthpeer.org/forum/topic.asp?TOPIC_ID=327#viagra best.
thanks.

 
At 12:45 PM, Anonymous Anonymous said...

Hey, interesting.
Visit me at [url=http://bowtrol-herbal.info]viagra[/url].
See http://bowtrol-herbal.info#viagra best prices.
thanks.

 
At 10:18 PM, Blogger Suharto said...

Mari kita coba berfikir jernih. Apakah kita akan membiarkan pornography dan pornoaksi merajalela beredar di Indonesia tercinta ini...?
Apakah membiarkan pornography dan pornoaksi adalah merupakan tujuan dari perjuangan bangsa ini dalam merebut kemerdekaan ini dari tangan penjajah..?
Apakah ini makna merdeka sesungguhnya..?
Saya harapkan jawaban dari semua pertanyaan diatas adalah "TIDAK".
Bila begitu kenapa RUU APP ini ditolak...?
Bila tidak setuju isi atau substansi dari RUU tersebut mengapa tidak memberikan masukan perbaikan pada DPR...?
Mengapa harus menolak RUU tersebut..?
Teruskan RUU tersebut dan perbaiki sehingga mencapai kata sepakat yang terbaik bagi bangsa ini, bagi anak cucu kita nanti.
SAYA MENDUKUNG RUU APP

 
At 6:41 AM, Anonymous Yongky said...

Walah To..To.
Ngapain lu ikut2an dukung RUU APP?
mending lu kerja yang baek2 aja la...
Muke lu aja udah porno, gue yakin pikiran lu juga begitu tu..ya kan?

 
At 6:53 AM, Anonymous M. Yamin, Bukit Barisan said...

Aku mau comment untuk #9
Oiii...sadar diri dong !!!
anda bisa lahir di dunia ini juga karena pornografi !! tau gak??
ngomong2 bawa nenek moyang segala.. kamu kalau ngomong seenak perut kamu aja tau..bawa2 agama lagi.. setuju dengan RUU APP itu? mendingan kamu tinggal saja di sono tuh di timur tengah..nenek moyang kamu kan dari sana!!! ya kan?

Maju terus teman2 yg menolak RUU APP. jangan takut dan jgn mau ditindas ama mereka2 ituuuuu..ok?

 

Post a Comment

<< Home